Sorayong©ALL RIGHT RESERVED
ALL CASTS IN MY FANFICS AREN’T MINE EXCEPT THE OC’s!
ALL PARTS OF THIS STORIES ARE MINE ! PLEASE DON’T COPY AND RE-POSTING WITHOUT
MY PERMISSION! NO PLAGIARISM!
PROTECTED BY GCD©!
-Happy Reading-
“Kita tidak akan pernah bertengkar kan Heera?” tanyaku pada Choi Heera di suatu senja yang indah. Mentari tenggelam di ufuk barat begitu nampak jelas terlihat indah dari bukit di mana saat itu aku dan Heera duduk bersama.
“Tentu saja tidak Saerin. Kita kan sahabat! Kenapa kau bertanya seperti itu?” Heera menampakkan wajah bingungnya yang lugu.
“Entahlah… Hahaha,” Aku menjawab sambil tertawa. Heera yang tidak mengerti hanya ikut tertawa saja.
Choi Heera dan Cho Saerin,dua sahabat yang tidak bisa dipisahkan. Choi Heera dan Cho Saerin, dua sahabat yang pernah mengukir kebahagiaan bersama. Ya, aku dan Heera pernah melakukannya. Bisakah kalian menggarisbawahi kata pernah yang sedang kutulis saat ini? Heera dan aku hanyalah sebuah sejarah. Waktu, ruang dan manusia itu kini sudah tidak lagi sama.
Choi Heera dan Cho Saerin sudah tidak lagi sama seperti masa lampau. Sejarah tetap hanyalah sebuah sejarah.
“Saerin…” suara Eomma menghentikan sementara kegiatanku menulis catatanku kali ini.
“Ne!” kujawab dengan enggan panggilan eomma sambil melangkah lesu menuju ruang makan tempat suara eomma tadi berasal.
“Saerin-ah! Kau sudah besar rupanya! Wah.. kau semakin cantik saja,” bibi Gong, sahabat eomma sedang duduk di ruang makan dan melihatku mulai menuju ke sana. Bibi Gong selalu saja begitu, mengatakan hal yang baik-baik tentangku padahal aku tahu dengan jelas dia tak lebih dari seorang penjilat.
“Ne, ahjumma..” sapaku pada bibi Gong berusaha terlihat ramah meski rasanya ingin sekali kujambak rambut pendek model boyish-nya lalu kuseret dia keluar dari rumahku ini.
“Saerin-ah, kenapa kau masih begitu! Tersenyumlah! Lihat bibi Gong saja sudah bisa merelakan kepergian Heera. Jangan membuat bibi Gong semakin sedih karena melihatmu masih saja bersedih,” Eomma berbisik sambil menggiring tubuhku untuk duduk dan bergabung makan malam dengan eomma, bibi Gong dan paman Choi.
“Ne..” bisikku pelan pada eomma.
Kalau bukan karena aku tidak ingin membuat eomma bahagia, aku tidak akan pernah sudi duduk dan makan bersama dengan orang sekotor bibi Gong! Sampai matipun aku tidak akan pernah mengampuninya.
Makan malam kali ini sungguh sangat memualkan. Setiap nasi yang masuk ke dalam perutku serasa ingin menghambur keluar. Entah karena efek dari obat yang kukonsumsi demi mengembalikan lagi kesehatanku atau karena kehadiran salah satu orang yang paling kubenci di dunia. Aku tak tahu yang mana yang menjadi penyebabnya.
“Eomma, aku sudah selesai. Aku naik ke atas dulu. Banyak tugas kantor yang harus kuselesaikan…” pamitku pada eomma. Meski tidak menjawab aku tahu eomma pasti sedang bingung karena aku tidak menghabiskan sup jagung kesukaanku kali ini.
Sungguh demi apapun yang ada di langit, aku ingin pergi saja dari dunia ini.
Heera, tidak bisakah kau membawaku sehingga kita bisa melanjutkan perang itu di neraka? Tidak bisakah Heera?
***
Ponsel di nakas samping tempat tidurku bergetar dan membuatku sadar sudah saatnya untuk bangun dan kembali menatap hari. ‘SAERIN-AH! FIGHTING!’ tulisan Hangeul milik Heera terpampang jelas di lemari baju yang posisinya tepat di depan tempat tidurku. Tulisan itu memang sengaja kupindah ke sana agar setiap bangun aku tidak lagi merasa telah kehilangan orang itu. Tidak! Tidak pernah!
Untuk mengusir suasana buruk hatiku, kuambil ponsel di atas nakas yang sukses membuatku bangun sepagi ini. Setelah kunyalakan layarnya, ternyata ada sebuah pesan masuk.
From : YB-SUN
Saerin.. are you okay? If you only knew, I have bad days during this time. Blame me for everything! Don’t ever blame yourself or my mother. She doesn’t know anything. Please…
Tidak perlu kuulangi membaca lagi karena aku sudah sangat mengerti maksudnya. Dasar pria laknat! Sudah sekian tahun dan kau baru berani menghadapiku! LAKNAT! BERENGSEK! TIDAK TAHU MALU! Tidak ubahnya seperti ular dalam kisah penciptaan! Dia yang sudah membawaku masuk dalam perangkap si jahat dan membuat satu persatu orang yang kukasihi meninggalkanku! Dong Youngbae! Kau pikir selama ini aku hanya menyalahkan diriku saja? Atau bibi Gong? KAU SALAH!
To : YB-SUN
Youngbae-ssi, you’re such as a jerk yet bastard! KEEP THAT!
Kutekan tombol kirim dan mengirim pesan singkat itu sebagai balasan untuknya. Dia kira aku siapa? Cho Saerin yang begitu mudah diperdaya seperti dulu lagi! Sama sekali bukan! Kau sedang menggali lubang kuburmu sendiri Youngbae!
Ketimbang memikirkan laki-laki yang sudah pergi sekian tahun itu, lebih baik aku mempersiapkan diri untuk pekerjaanku pagi ini. Sebagai seorang staf ahli sumber daya manusia, hari ini aku harus menemui atasan baruku. Dia baru saja dipromosikan dari Jepang dan dipindahkan ke Korea karena keberhasilannya meningkatkan nilai saham perusahaan tempatku bekerja.
Seusai mandi kumasukkan beberapa arsip yang harus kukirim pagi ini ke kantor pusat di Milan, Italia ke dalam tas tanganku. Kadang aku berpikir bagaimana bisa lulusan psikologi dari Seoul Nation University sepertiku ini bisa terjebak dalam sebuah perusahaan swasta semacam ini.
Nasib! Siapa yang bisa menebaknya. Baca lebih lanjut →