[SEKUEL] [Daesung-Bom] The Way I Love You [1/3]

Title : The Way I Love You

Length :  Three Shoot

Casts : Main Casts : Daesung of Bigbang
Park Bom of 2NE1

Major Cats : Dong Youngbae (Taeyang BIgbang)
Lee Chaerin (CL 2ne1)
Kwon Jiyong (GD Bigbang)
Dong Hyun Bae (Taeyang’s Elder Brother)

Disclaimer : ILAKIS_SEKAR ©ALL RIGHT RESERVED
ALL CASTS HERE ISN’T MINE EXCEPT THE OC’s!
ALL PARTS OF THIS STORY IS MINE ! PLEASE DON’T COPY AND RE-POSTING WITHOUT
MY PERMISSION!  NO PLAGIARISM!

Summary : Sekuel dari FF ‘Please Don’t Cry my Boy…’

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Happy reading~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“I don’t cry, I didn’t cry, I’ll never cry…”

About 2 Hours ago via Twitter for IPhone by @Real_D_Lite

Begitulah yang terbaca di twitter page milik Kang Daesung dua bulan yang lalu. Tepat dua bulan sudah  kisah cintanya kandas karena suatu batu sandungan bernama perbedaan. Perbedaan yang sewajarnya tidak menimbulkan masalah besar namun tak dinyana justru menjadi badai dalam kisah cintanya.

…..
……..

“Daesung… Let’s break up”  ujar Bom pelan dan lirih. Hal ini membuat Daesung sontak kaget.

“Kau yakin? Tidak bisakah kau mencoba bertahan?” kali ini Daesung mencoba menekan dalam-dalam emosi dan kesedihannya.

“Ne… sudah terlalu lama aku menahan sakit… aku bisa mati kalau begini terus. Kita terlalu sering bertengkar dan beradu pendapat. Aku sudah terlalu lelah… hubungan ini kurasa…”

“orang tuamu?” Daesung menyela runtutan kata-kata kekasihnya itu.

“Ne?” Bom bertanya heran. “Ya.. orang tuamu… mereka tidak akan marah dengan keputusanmu?” Daesung melanjutkan pertanyaannya sehingga semuanya Nampak semakin jelas bagi Bom.

“aku tidak tahu… tapi yang aku tahu hanya satu, mereka bisa melihat bahwa kita berdua terlalu terluka dengan keputusan ini…” Bom kembali bicara dengan lirih sambil menatap kebawah seolah mencari kepingan hatinya yang koyak.

“Kau tahu.. aku tidak pernah berharap ini terjadi Bomie..” hanya itu yang mampu Daesung ucapkan. Tidak ada kata-kata lain yang bisa menggambarkan kedukaannya saat ini. Apalagi setelah itu Bom pergi meninggalkannya seorang diri di dalam Gereja St. Peter. Tempat dimana mereka merencanakan untuk mengikat janji suci bersama.

…..
……..

“Ouh come on my bro… ini sudah dua bulan.. jangan lagi tunjukan tampang sedihmu itu pada hyung mu ini…” ujar  Hyun Bae pada Daesung yang sedang sibuk menatap ke arah ponselnya. Sebenarnya yang Daesung tatap tak lain tak bukan adalah foto pre-weedingnya dengan Bom. Satu-satunya kenangan yang masih mampu disimpannya.

“Hyung.. jangan begitu padaku… aku tahu kau sedang bahagia karena mau menikah sebentar lagi … ia kan?” Daesung langsung merubah raut mukanya yang penuh kesuraman menjadi begitu penuh keceriaan.
“Ckckck… kau ini! Sudahlah.. supaya kau tidak bersedih lagi.. ini ambilah!!” Hyun Bae menyodorkan sebuah undangan pada Daesung.

“Undangan pernikahanmu?? Aku kan sudah dapat hyung… kenapa aku harus mengambilnya lagi???” Daesung bingung dengan tindakan pria yang sudah dia anggap seperti kakak kandungnya sendiri itu.

“Itu bukan untukmu babo… itu untuk Bom. Berikanlah padanya dan temui dia. Putus hubungan sebagai kekasih boleh, tetapi sebagai teman tentunya harus tetap menjaga hubungan baik tah?” Hyun Bae bicara dengan aksen China-nya yang kental.

“Kenapa tidak hyung titipkan pada Youngbae saja? Diakan satu tempat kerja dengan Bom sekarang.. lagipula dia adikmu sendiri…”

“Aish.. meskipun dia itu dongsaengku tapi dia payah dalam hal undang-mengundang… jadi lebih baik kau saja yang berikan..” Hyun Bae masih mencoba mendesak Daesung.

“Tapi…” Daesung masih ingin mengelak, namun Hyun Bae menyelanya, “tidak ada tapi-tapi an.. arraso??” Daesung hanya bisa mengangguk tanpa kepastian.

*** ***

Di sinilah Daesung berdiri sekarang, ‘RS Incheon’ tempat di mana Bom menenggelamkan diri dalam rutinitas hidup tanpa sesosok Kang Daesung menyapa harinya. Dengan mantap, Daesung mulai melangkah memasuki tempat itu. Bau obat-obatan dan segala wewangian khas rumah sakit berhembus dan membuat bulu kuduk Daesung merinding.

BRUKK…

Seseorang menabraknya.

“Jeosonghamnida..” ujar wanita yang menabrak Daesung tadi sambil bergegas pergi meninggalkannya.

Dia seorang dokter. Ya.. dia adalah dokter.

Tap..

Sesigap tentara di perbatasan Korea, Daesung menangkap lengan wanita itu dan mencoba menahannya.

“Kau dokter di sini kan? Apa kau tau di mana bisa bertemu dengan Dr. Park Bom?” Daesung langsung saja mencecar sang empunya lengan dengan pertanyaan. Entah ke mana larinya sopan santun yang selama ini menjadi moto hidupnya.

“Nugu? Dr. Park? Dia sedang tidak ada di sini .. dia sedang makan siang di kedai JJung beberapa blok dari RS ini… kalau boleh tahu anda siapanya?”

“Ne.. Arro… gamshamnida..” seperti menyadari kelancangannya tadi, Daesung mencoba mengembalikan tata kramanya dengan membungkuk tanda hormat pada dokter ini. “Naneun Kang Daesung imnida, Park Bom ui namja chingu..” lanjut Daesung memperkenalkan diri.

‘Namja chingu?? Masihkah aku boleh menyandang status itu?’ pikir Daesung dalam hatinya.

“Ah.. aku permisi dulu ada urusan penting..” kini dokter itu bicara terburu-buru dan segera pergi meninggalkan Daesung yang baru saja akan berterimakasih lagi padanya. Daesung hanya berdecak dan menggeleng-gelengkan kepala. ‘Dokter memang selalu berpacu dengan waktu,’ pikirnya.

Setelah sekitar lima menit berjalan, sampailah Daesung di Kedai JJung. Kedai itu sangat apik, sisi-sisi bangunannya terbuat dari kaca sehingga orang-orang yang lalu lalang bisa melihat ke dalam bangunan yang bergaya arsitektur kuno itu.

Kini hal yang sama dilakukan oleh Daesung. Dia melihat ke dalam bangunan itu, mata kecilnya liar mencari sesosok wanita yang pernah dijodohkan dengannya.

Nah.. Itu dia..

Sesosok wanita dengan rambut coklat terikat rapi, poni tipis yang menjuntai ke bawah menyapu dahi, mata hitam kebiruan dan jas lab putih bertengger apik menutupi tunik hijau tosca yang ia kenakan. Semua itu adalah hal yang sangat ‘Bom’ di mata Daesung. Tak perlu waktu lama baginya untuk mengenali semua kebiasaan berpakaian dan berdandan wanita yang selalu mengisi relung hidupnya itu.

“Permisi… boleh duduk di sini??” Sapa Daesung pada Bom yang sedang menyeruput greentea asli Korea yang disajikan dalam cangkir tanah liat kecil.

“Hm?” Bom mengangkat wajahnya dan terlonjak kaget melihat pemandangan di depan matanya.

“Kau?? Tentu saja… tidak ada orang di situ.. lagi pula aku sudah akan selesai…” Bom mencoba mengatur degup jantungnya yang berdetak seribu kali lebih cepat dari biasanya.

Hening menghiasi pertemuan ini. Tak ada seorang pun yang berani memulai. Tak ada seorang pun yang berani mengakui tentang kepedihan hatinya masing-masing.

“Kau..” pada akhirnya mereka bersuara bersama-sama. Hal ini semakin membuat keduanya merasa canggung satu sama lain.

“Kau dulu..” Bom memberi  kesempatan.

“Kau dulu saja…” Daesung menolaknya.

“Huf,, Baiklah.” Bom menarik nafas sejenak, “Apa kabarmu?”

“Hanya itu?” Daesung bertanya mencoba memastikan.

Bom hanya menangguk seperti enggan menggetarkan pita suaranya meski hanya sejenak.

“Kabarku? Aku ada di point 4 dari 10. Aku merasa sedih sekaligus bahagia. Aku merasa gembira sekaligus merana. Hahaha..” ujar Daesung sambil berusaha tertawa meski terdengar sangat menyayat di hati.

“Bagus sekali…” Bom menanggapi tanpa emosi.

“Bagaimana denganmu? Lancarkah pekerjaanmu di sini?”

Sekali lagi Bom hanya mengangguk. Hatinya tak tenang, dan dia yakin tenggorokannya tidak akan membantunya untuk memproduksi suara yang cukup baik saat ini. Hatinya bergetar, matanya sejak tadi menahan tangis, dan mulutnya menahan senggukan yang sudah akan keluar dan tumpah.

Hal ini dianggap Daesung sebagai sebuah penolakan. Memang begitulah yang diinginkan Bom, dia tidak ingin Daesung berharap terlalu banyak dari wanita seperti dirinya.

“Baiklah… sepertinya kau sedang tidak enak badan hingga tidak bisa menanggapiku. Jadi langsung saja,” Daesung menyodorkan sebuah undangan pada Bom. “Ini undangan pernikahan Hyun Bae-hyung. Dia sangat berharap kau bisa hadir di hari bahagianya..”

“Gamshamida Daesung-ssi” Bom mengambil undangan cantik berwarna biru langit itu.

‘Jadi sekarang pun dia bicara formal denganku? Astaga Tuhan…’ Daesung merutuk dalam hati mendengar gaya bahasa Bom padanya.

“Nah.. karena urusanku sudah selesai aku pergi dulu Bom-noona, Anyeong,” kini Daesung membalas Bom dengan menggunakan bahasa formal juga padanya. Ditambah lagi Daesung menggunakan panggilan noona untuk Bom. Sapaan yang sebelumnya dia hapus karena tidak ingin membuat jarak usia dengan orang yang ia cintai.

Untuk kesekian kalinya Bom hanya mengangguk. Daesung mulai berjalan pergi, namun kemudian langkahnya terhenti. Ia berbalik  ,“Putus hubungan sebagai kekasih boleh, tetapi sebagai teman tentunya harus tetap menjaga hubungan baik kan?” Daesung mengulangi kata-kata yang diucapkan Hyun Bae padanya. Kata-kata itu ditunjukkan untuk Bom dan ini sontak membuat bulir-bulir air mata yang sedari tadi di tahan oleh Bom mengalir bak air sungai han yang mengalir teduh.

-TBC

6 thoughts on “[SEKUEL] [Daesung-Bom] The Way I Love You [1/3]

Tinggalkan Balasan ke Vannydae Batalkan balasan